Jumat, 09 September 2011

4-5-11


Rasanya kepalaku masih terlalu berat untuk memikirkannya. Rasanya persendidanku masih terasa lemas hingga tak lagi bergairah untuk melakukan  apapun. Rasanya semua ini terlalu cepat untuk aku rasakan. Rasanya hati ini tak sanggup mengungkapkan segalanya, hanya mampu merasakan semua, rasanya ingin sekali aku berteriak sekencang-kencangnya, meneriakan semuanya di depan wajahnya, memandang lekat-lekat kedua matanya, dan memaki keadaan, kenapa bisa seperti ini? 


Telah ku putuskan untuk menemuinya sekarang, sebelum rasa sakit ini bener-bener menjalar ke semua, sebelum sakit ini mengacaukanku. Telah ku tahan segala gengsi, telah ku buang rasa sepi. 


Hari ini kuberanikan mengetuk rumahnya, rasanya aku masih terlalu enggan untuk menatapnya, aku merasa sungkan untuk menjabat tangannya.


Disini hanya ada Aku dan Dia, kuhempaskan segala rasaku di depannya, ku curahkan semua apa yang selama ini aku rasa. Kini aku perbolehkan air mata keluar dengan sendirinya tanpa aku tahan sedikitpun, tak ada suara! Tak ada gaduh! Kita terdiam, hanya ada isak tangisku yang seakan mewakiliku menceritakan semua. Aku tak sanggup berkata apa-apa lagi. Aku terlalu lemah untuk berhadapan dengan cinta. 


Sesaat ibu, ayah dan kakaknya datang, mereka melihatku dengan mata sembab. Aku tahu mereka heran dan bertanya-tanya apa yang sedang terjadi denganku? Tahukan kau? Aku malu harus menangisi semua ini, aku malu karena tak begitu kuat menanggung segala lara darimu, aku malu mereka melihatku, aku malu aku begitu patuh dengan rasa ini, aku kalah!


Jangan terlalu memiliki sesuatu yang belum pasti menjadi milikmu, mungkin kata-kata itulah yang cocok untuku sekarang. Aku mungkin terlalu ingin memilikimu, sedangkan kau masih terlalu asik bersama yang lain dan tak begitu menghiraukanku. 


“Seseorang bisa berubah, entah itu kearah yang lebih baik ataupun sebaliknya, aku harus siap dengan berbagai perubahan yang mungkin akan di hadapi di depan. Ketika diri ini belum siap menerima perubahannya, haruskah aku terus menangisinya, meminta belas kasihanya, jangan bodoh ! Usahlah memikirkan sesuatu yang terus-menerus  membuatku sakit. Pikirkan masa depanku!  

Masa depanku terlalu penting dan begitu berharga. Masih banyak berbagai kemungkinan baik di depan, tinggalkan lara, gapailah apa yang aku inginkan. Hidup itu selalu berjalan, jangan berhenti di titik itu-itu saja, apalagi di titik yang membuatku merasa orang paling bodoh di dunia. 

Ayo jalani hidupku untuk yang terbaik. Ada sesuatu hal dan banyak hal yang harus aku pikirkan, rasa sakit itu akan segera menyingkir. Jangan memanjanya dengan mendekapnya terus-menerus, waktuku akan terbuang sia-sia tak bermakna. Biarlah semua yang aku rasa menjadi bekal hidup untuk nanti, walaupun tak mudah di lupakan, ikhlaskanlah untuk melupakan. Kata hatiku berkata demikian”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar